Harga Sembako Naik Setiap Ramadan: Siklus Ekonomi yang Terus Berulang
Bulan Ramadan memiliki dampak terhadap sektor ekonomi di Indonesia. Jelang Ramadhan, Harga barang-barang sembako, seperti beras, minyak goreng, bawang merah, tepung terigu, gula, cabai, hingga ikan-ikanan, mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kondisi ini terus berulang setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti permintaan konsumen terhadap sembako meningkat, suplai atau barang yang tersedia di pasar terbatas, dan pedagang yang menaikkan harga akibat ekspektasi lonjakan pembelian.
Permintaan konsumen terhadap sembako meningkat
Indonesia terkenal akan budayanya untuk menyambut bulan Ramadan dengan menyajikan berbagai makanan yang istimewa. Ini tentu berbeda dari perilaku konsumen di hari-hari biasa. Hal tersebut menyebabkan menigkatnya kebutuhan konsumen terhadap bahan makanan dan memicu terjadinya kenaikan harga bahan pokok.
Terbatasnya suplai atau barang yang tersedia di pasar
Berbanding terbalik dengan permintaan konsumen yang meningkat, ketersediaan bahan makanan pokok di pasar menipis. Distribusi yang terlambat juga menyebabkan berkurangnya pasokan sembako. Hal ini menimbulkan kenaikan harga sembako akibat terbatasnya stok sembako yang tersedia di pasar.
Pedagang yang menaikkan harga akibat ekspektasi lonjakan pembelian
Budaya menyajikan makanan spesial saat sahur dan buka puasa membuat pedagang memperkirakan adanya peningkatan kebutuhan konsumen akan sembako. Ekspektasi ini mendorong mereka untuk menaikkan harga sebagai upaya untuk memaksimalkan keuntungan dan mengatasi permintaan yang membeludak.
Menurut salah satu dosen Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UII, Dr. Rokhedi Priyo Santoso, S.E., MIDEc, peristiwa inflasi harga sembako ini merupakan suatu siklus ekonomi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan agregat menjelang Ramadan. Ini tidak hanya terjadi menjelang Ramadan, melainkan juga di hari-hari besar lainnya seperti Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, suplai sembako tidak mengalami banyak perubahan. Artinya kenaikan permintaan itu lebih tinggi dari antisipasi barang yang tersedia yang menyebabkan terjadinya inflasi. Dalam Mikroekonomi, terdapat teori “Demand Pull Inflation” atau permintaan mendorong terjadinya inflasi.
Dalam rangka menjaga rentang fluktuasi harga sembako, pemerintah melakukan antisipasi dengan mengecek ketersedian barang untuk memenuhi permintaan dan memastikan jalur distribusi untuk sembako berjalan dengan lancar. Pada momen tertentu, bila diperlukan, pemerintah melakukan inspeksi pasar dengan memasok barang, yang dinilai tidak dapat memenuhi permintaan, ke dalam pasar. Pada akhirnya, upaya ini dapat menjaga kestabilan inflasi di Indonesia.
(YSH)